Love and Faith

Rabu, 20 Januari 2016 0 comments
Cinta, setiap bayi yg terlahir di dunia pun sudah mengenal sebuah cinta, walaupun dia sendiri belum mengerti apa arti kata cinta yg sesungguhnya. Cinta dan kasih sayang yang tulus dari ibunya, ayahnya dan keluarga di sekelilingnya lah yang berkenalan, berjabat tangan dengannya di saat pertama kali dia menangis menatap dunia.
Begitu pun denganku, orang tua ku lah yang mengenalkanku dengan cinta, sebuah perasaan baru yang dikenalkan padaku yang saat itu masih merah berlumur darah. Sebuah kecupan hangat ibu mendarat di keningku walaupun saat itu aku masih belum bisa melihatnya, namun hangatnya sentuhannya lah yang membuatku mau menerima sebuah perkenalan pertama dengan cinta.
Cinta, sampai sekarang, setelah berpuluh-puluh tahun sejak aku mengenalnya aku masih belum mengerti arti kata cinta sepenuhnya.
Yang ku tahu cinta bisa membuat gelas yang jatuh dari langit tidak pecah, cinta seperti sayap. Cinta juga seperti alunan musik yang enak di dengar, semakin kita mendengarkan lebih dalam, kita akan terhanyut akan melodi yang mengalin lembut. Cinta juga bagaikan sebuah aliran air jernih yang mengalir, sejauh apapun air mengalir pasti akan memiliki sebuah muara.
Cinta yang ku kenal juga bagaikan sebuah pedang, sebuah pedang yang sangat tajam yang kadang mengiris, meninggalkan rasa perih dan sebuah bekas luka yang tak akan hilang. Cinta juga terkadang bagaikan api yang siap membakar apa saja yang ada di dekatnya. Ya begitulah cinta, sulit di mengerti sebelum kita benar-benar mengerti sepenuhnya arti cinta.
Aku pernah jatuh cinta, bahkan lebih dari sekali. Awal yang ku rasakan selalu sebuah perasaan cinta yang menyenangkan, bagaikan sebuah sayap, bagaikan sebuah air jernih yang selalu mengalir dan bagaikan melodi musik yang membuatku jatuh semakin dalam.
Namun aku lupa, cinta juga bagaikan sebuah pedang dan api yang membara. Aku melalaikan hal itu, aku lupa ketika aku memilih untuk jatuh cinta aku harus siap dengan mata pedang tajam yang sewaktu-waktu siap menghunus tubuhku membuatku merasakan perih dan meninggalkan bekas luka. Siap untuk merasakan panasnya api yang selalu siap membakar.
Berkali-kali aku merasakan itu, yang terkadang membuatku hampir tak mau lagi memilih untuk jatuh terjerembab pada pelukan cinta. Mungkin aku terlalu naif akan hal itu.
Iman. Aku mengenal kata iman setelah aku lama mengenal cinta yang saat pertama aku menyapa hawa indah dunia.
Iman, pertama aku mengenalnya saat usiaku menginjak 4 tahun. Seperti cinta, orang tua ku lah yang mengenalkanku dengan iman. Sebuah hal yang harus aku pegang teguh, sebuah hal yang harus selalu aku pelajari sejak awal perkenalanku dengannya.
Hari itu, hari pertama ku berkenala dengan dirimu, seorang wanita cantik parasnya, baik tingkah lakunya, sholehah perangainya. Kamu mendatangiku dengan senyum manismu. Mungkin rencana Allah ada di balik pertemuan itu.
Semaki lama aku mengenalmu, semakin aku kagum pada dirimu, kagum dengan sifat dan baiknya hatimu. Seorang wanita yang pertama setelah ibu ku yang mengingatkanku untuk tidak lupa selalu menghadapMu, menjalankan semua perintahMu, dan selalu taat padaMu. Seorang wanita yang sungguh berbeda, seorang wanita yang menurutku Engkau perkenalkan padaku untuk membuat ku semakin ingat dan taat kepadaMu.
Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku dipertemukan dengan cinta dan iman dalam waktu yang bersamaan. Mereka tinggal dan hidup di dalam dirimu.
Bagiku kamu singguh sempurna di mataku.
Aku yang selalu mengandaikan dirimu sebuah matahari, pusat tatay surya galaksi ini, dan aku lah bumi yang selalu mengelilingi dan membutuhkan hadirnya dirimu.
Sungguh aku sangat senang dan merasa hidup saat kebersamaanku denganmu.
Aku bahkan kadang berpikir kamulah jawaban atas doa-doaku. Namun aku tak mau berpikir seperti itu, aku takut itu tak terjadi dan aku yg akan menelan rasa sedih dan kecewa akan hal itu. Seperti yang selalu kamu bilang padaku, "kak, jodoh udah ada yang atur, kita gk pernah tahu rencana Allah". Pernyataan yang selalu menenangkanku dan menyadarkanku. Terima kasih matahariku.
Namun hari ini semua itu berubah. Aku, kebodohanku dan kesalahanku lah yang membuat dan mengawali semua itu. Menghancurkan perasaanmu, membuat kekecewaan besar pada dirimu terhadapku. Kekecewaan yang membuat rasa suka mu terhadapku mungkin akan hilang dan tak berbekas lagi di hatimu seperti dulu. Kelecewaan yang membuatmu kecewa dengan diriku yang tak seperti yang selalu kamu harapkan. Kekecewaan yang ku buat sendiri karena kebidohan dan kesalahanku. Karena diriku termakan perasaan buruk sesaatku yang menghancurkan sifat kedewasaanku yang selalu ada pada diriku. Aku berharap kamu memaafkan ku. 😊
Mungkin ini adalah peringatan Allah kepadaku, Allah cemburu. Allah cemburu akan perasaan sayangku terhadapmu yang mungkin terlalu besar. Harusnya aku mencintaimu dan menyayangimu sewajarnya, karena kita belum halal menurut Allah. Allah lah sang pemilik hati. Jadi tak seharusnya aku membuatNya cemburu. Ampuni hambamu ya Allah.
Aku tau, kekecewaanku padamu akan merubah perasaanmu menjadi tidak seperti dulu. Ibarat sebuah gelas yang pecah, seperti apapun mengembalikannya akan ada retakan di sekelilingnya. Dant tak akan utuh seperi sedia kala. Akan ada pecahan beling yang tajam yang siap melukai. Namun biarkanlah aku menjadi tangan yang menggenggam gelas itu. Tak apa aku terluka, tak apa tanganku berdarah karena tajamnya pecahan gelas itu. Karena aku lah orang yang menghempaskan gelas itu. Aku lah yang membuatnya pecah berkeping-keping karena ego ku.
Matahariku, aku tau kekecewaanmu kepadaku akan lama terobati, bahkan mungkin tak akan terobati. Tapi aku harap aku bisa memperbaiki kekecewaanmu itu, itu pun kalau kamu memperbolehkan aku melakukan itu.
Biarkan aku memperbaiki kesalahanku dan memperbaiki diriku.
Sudah cukup aku merenungi kesalahanku seharian ini, bercerita kepada ibuku, hingga menangis tersedu menceritakan kesalahanku dan kebodohanku padanya. Ya Allah bolehkah hambamu menangis karena kesalahannya kepada seseorang yang dia suka walaupun dia bukan mahromnya?
Kalau itu haram, maafkanlah hambamu ya Allah. Sungguh aku tak bisa menahannya. Karena itu kesalahanku.
Kepada matahariku, aku akan memperbaiki kesalahanku, aku akan mengurangi perasaan sayang ku kepadamu, aku tau, kamu melakukan itu agar Allah kita tidak cemburu dan menjauhi hal-hal yang tidak disukai oleh Allah.
Sekali lagi maafkan aku, dan biarkan aku tetap menyukai mu. Ya Allah izinkanlah hamba menyukai dan menyayangi wanita itu sewajarnya saat ini, hingga kelak jika engkau mengizinkan dan dia pun menerimaku untuk menghalalkannya.
Karena sungguh aku mau dia lah yang menjadi bagian dari hidupku, dia lah yang menjadi makmum ku. Dialah yang mencium tanganku setelah selesai shalat jamaah kita. Dan dialah yang selalu ku doakan di setiap aku mengunjungi rumah Mu.
Aku pun berharap kamu lah yang mengucap "aku jamin tidak ada laki-laki yang sempurna di dunia ini, dan dengan segala kebaikan dan keburukanmu kita akan tetap mengalami masa sulit, dan aku jamin aku mencintaimu sepenuh hati dan sangat tahu kamu dan aku tidak ada yang sempurna, namun kita bersatu berjalan bersama untuk saling menyempurnakan"
Untuk matahariku izinkanlah aku menyukaimu dengan ikhlas seperti kamu kepadaku.
Sekali lagi maafkan aku.

Dari bumi yang mengecewakanmu.


0 comments:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Ama(s)tory | TNB